Imam Al Ghazaly dalam bukunya yang berjudul Minhajul Abidin, mengatakan,
bahwa Ilmu yang fardlu ain dituntut oleh seorang muslim adalah mencakup 3
hal, yaitu :
1. Ilmu Tauhid
2. Ilmu Syariat(FEKAH )
3. Ilmu Sir (Tasauf / Ilmu tentang hati)
Islam .
Iman .
Ihsan .
Dan tidaklah ilmu-ilmu itu semua dituntut untuk tujuan berargumentasi atau memberikan keyakinan kepada orang lain baik yang beragama Islam maupun
bukan.
Tetapi ilmu tersebut fardlu ain untuk dituntut, yang berhubungan dengan untuk perubahan diri.
Ilmu Tauhid dan syariat, dikalangan ummat Islam sekarang ini demikian popular untuk dipelajari. Namun jarang sekali orang yang mempelajari dan mengerti mengenai Ilmu Sir ( Tasauf /Ilmu tentang hati).
Lantas mungkin kita akan bertanya, untuk apakah belajar Ilmu tentang hati, atau macam manakah ilmu tentang hati tsb?
1. Ilmu Tauhid
2. Ilmu Syariat(FEKAH )
3. Ilmu Sir (Tasauf / Ilmu tentang hati)
Islam .
Iman .
Ihsan .
Dan tidaklah ilmu-ilmu itu semua dituntut untuk tujuan berargumentasi atau memberikan keyakinan kepada orang lain baik yang beragama Islam maupun
bukan.
Tetapi ilmu tersebut fardlu ain untuk dituntut, yang berhubungan dengan untuk perubahan diri.
Ilmu Tauhid dan syariat, dikalangan ummat Islam sekarang ini demikian popular untuk dipelajari. Namun jarang sekali orang yang mempelajari dan mengerti mengenai Ilmu Sir ( Tasauf /Ilmu tentang hati).
Lantas mungkin kita akan bertanya, untuk apakah belajar Ilmu tentang hati, atau macam manakah ilmu tentang hati tsb?
Rasulullah SAW pernah bersabda :
"Dalam diri manusia ada segumpal darah. Yang apabila shalih (tidak rusak), maka akan shalih seluruhnya, tetapi apabila buruk maka akan buruk pula seluruhnya, itulah hati".
Bahkan di hadits lain, Rasulullah SAW mengatakan : " Sesungguhnya sebuah amal itu bergantung dari niatnya".
Sungguh, hal-hal ibadah syariat yang kita laksanakan sepanjang hari akan tidak mempunyai nilai, bila tidak disertai niat yang shalih...
Dan letak niat itu adalah di HATI.
Demikian besar fungsi hati, sehingga wajar saja bila Imam Al Ghazaly mengkatagorikan Ilmu ini menjadi ilmu yang fardlu ain untuk dituntut.
Dikajian tasawuf, pembahasan tentang hati merupakan agenda utama. Hal ini sesungguhnya untuk penyelarasan dari Ilmu Tauhid dan Syariat, yang sebelumnya (oleh kebanyakan orang) telah dipelajari.
Dalam sebuah kata-kata hikmah (bagi sebagian ulama ini dikatakan sebagai hadits dari Rasulullah SAW) bahwa : "Man 'Arofa Nafsahu faqod 'Arofa Rabbahu". "Barangsiapa mengenal dirinya (nafsahu) maka ia akan mengenal Tuhannya".
"Dalam diri manusia ada segumpal darah. Yang apabila shalih (tidak rusak), maka akan shalih seluruhnya, tetapi apabila buruk maka akan buruk pula seluruhnya, itulah hati".
Bahkan di hadits lain, Rasulullah SAW mengatakan : " Sesungguhnya sebuah amal itu bergantung dari niatnya".
Sungguh, hal-hal ibadah syariat yang kita laksanakan sepanjang hari akan tidak mempunyai nilai, bila tidak disertai niat yang shalih...
Dan letak niat itu adalah di HATI.
Demikian besar fungsi hati, sehingga wajar saja bila Imam Al Ghazaly mengkatagorikan Ilmu ini menjadi ilmu yang fardlu ain untuk dituntut.
Dikajian tasawuf, pembahasan tentang hati merupakan agenda utama. Hal ini sesungguhnya untuk penyelarasan dari Ilmu Tauhid dan Syariat, yang sebelumnya (oleh kebanyakan orang) telah dipelajari.
Dalam sebuah kata-kata hikmah (bagi sebagian ulama ini dikatakan sebagai hadits dari Rasulullah SAW) bahwa : "Man 'Arofa Nafsahu faqod 'Arofa Rabbahu". "Barangsiapa mengenal dirinya (nafsahu) maka ia akan mengenal Tuhannya".
Sementara Ali. R.A mengatakan bahwa : "Awwaluddina Ma'rifatullah". "Awalnya beragama adalah mengenal Allah".
Sehingga dapat dilihat hubungannya, bahwa Mengenal diri (An-Nafs) merupakan awal dari seorang beragama dengan haq.
---------
HATI
---------
Diri manusia dapat dilihat secara indrawi dengan perilaku dan perangai seseorang. Dan seorang berperilaku, seorang berperangai, merupakan cerminan dari HATI-nya.
Sehingga untuk mengenal diri kita, kita harus memulainya dengan mengenal Hati kita sendiri.
Hati itu terdapat 2 jenis :
1. Hati Jasmaniyah
Hati jenis ini bentuknya seperti buah shaunaubar. Hewan memilikinya, bahkan orang yang telah matipun memilikinya.
2. Hati Ruhaniyyah
Hati jenis inilah yang merasa, mengerti, dan mengetahui. Disebut pula hati latifah (yang halus) atau hati robbaniyyah.
Dalam kajian kita, yang dituju dengan kata HATI atau Qalb adalah hati jenis 2, hati Ruhaniyyah.
Karena Hati inilah yang merupakan tempatnya Iman :
"... Allah menjadikan kamu cinta kepada keimanan dan menjadikan iman itu indah dalam hatimu ..." (QS. 49:7)
"...karena iman itu belum masuk ke dalam hatimu, ...". (QS. 49:14)
"...Mereka itulah orang-orang yang Allah telah menanamkan keimanan dalam hati mereka ..." (QS. 58:22)
Bahkan lebih dari itu, dalam sebuah hadits Qudsi dikatakan :
"...Tidak akan cukup untuk-Ku bumi dan langit-Ku tetapi yang cukup bagi-Ku hanyalah hati (qalb) hamba-Ku yang mukmin".
-------------------------------------------------------------------------------------
Catatan : Apakah sebenarnya Iman (mukmin) itu ?
Bahasan tentang Iman (mukmin) akan dibahas lebih lanjut dalam Subject NUR IMAN.
-------------------------------------------------------------------------------------
Maka dengan hatilah, seseorang dapat merasakan iman. Dengan hatilah seorang hamba dapat mengenal Rabb-nya.
Sebelum kita beranjak jauh tentang hati, ada beberapa hal yang nantinya bersangkut paut dengan hati dan perlu kita jelaskan terlebih dahulu.
Kebanyakan orang hanya mengerti bahwa manusia itu hanya terdiri jasad dan ruh. Mereka tidak mengerti bahwa sesungguhnya manusia terdiri dari tiga unsur, yaitu : jasad, jiwa dan ruh.
Banyak orang yang tidak mengerti tentang Jiwa ini. Bahkan dalam bukunya Al Ihya Ulumuddin Bab Ajaibul Qulub, Imam Al Ghazaly mengatakan, "bahkan ulama -ulama yang masyhur sekarang ini (zaman Imam Al Ghazaly : red) banyak yang tidak mengerti hal ini". Itu pada zaman Imam Al Ghazaly. Berapa
ratus tahun yang lalu. Apatah lagi sekarang?
Kebanyakan orang rancu pengertiannya antara Jiwa dengan Ruh. Padahal jelas-jelas dalam Al Qur'an, Allah membedakan penggunaan kata Ar-Ruh (Ruh) dengan An-Nafs (Jiwa).
JASAD
-----------
Jasad adalah anggota tubuh dari manusia. Seperti : tangan, kaki, mata, mulut, hidung, telinga, dan lain-lainnya. Bentuk dan keberadaannya dapat diindera oleh manusia. Hewanpun dapat menginderanya.
-----------
Dari jasad inilah, timbulnya kecenderungan dan keinginan yang disebut SYAHWAT. Seperti yang disebutkan dalam Al Qur'an :
"Dijadikan indah pada manusia kecintaan kepada syahwat, yaitu : wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah lah tempat kembali yang baik". (QS Ali Imran : 14)
JIWA (An Nafs)
-----------------------
An-Nafs dalam kebanyakan terjemahan ke dalam bahasa Indonesia, diartikan dengan Jiwa atau diri. Padahal sesungguhnya An-Nafs ini menunjuk kepada dua maksud, yaitu : hawa nafsu dan hakikat dari manusia itu sendiri (diri manusia).
1. Hawa Nafsu
Nafsu yang mengarah kepada sifat-sifat tercela pada manusia. Yang akan menyesatkan dan menjauh dari Allah. Inilah yang oleh Rasulullah SAW dalam hadits yang diriwayatkan Al Baihaqi dari Ibnu Abbas :
"Musuhmu yang terbesar adalah nafsumu yang berada diantara kedua lambungmu".
"Dan aku tidaklah membebaskan diriku (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu suka menyuruh kepada yang buruk". (QS Yusuf : 53)
"... dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah...". (QS Shaad : 26)
2. Diri Manusia
Diri manusia ini apabila tenang, jauh dari goncangan disebabkan pengaruh hawa nafsu dan syahwat, dinamakan Nafsu Muthmainnah.
"Hai jiwa yang tenang (nafsu muthmainnah), kembalilah kepada Tuhanmu, merasa senang (kepada Tuhan) dan (Tuhan) merasa senang kepadanya". (QS Al Fajr : 27-28)
Namun diri manusia yang tidak sempurna ketenangannya, yang mencela ketika teledor dari menyembah Tuhan, disebut Nafsu Lawwamah.
"Dan aku bersumpah dengan jiwa yang amat mencela kejahatan (Nafsu Lawwamah)". (QS Al Qiyamah : 2)
RUH (Ar Ruh)
---------------------
Perkataan Ruh, mempunyai dua arah. Sebagai nyawa dan sebagai suatu yang halus dari manusia.
1. Nyawa
Pemberi nyawa bagi tubuh. Ibarat sebuah lampu yang menerangi ruangan. Ruh adalah lampu, ruangan adalah tubuh. Mana yang terkena cahaya lampu akan terlihat. Mana yang terkena ruh akan hidup.
2. Yang Halus dari Manusia
Sesuatu yang merasa, mengerti dan mengetahui. Hal ini yang berhubungan dengan hati yang halus atau hati ruhaniyah.
Dalam Al Qur'an, Allah SWT menggunakan kata Ruh dengan kata Ruhul Amin, Ruhul Awwal, dan Ruhul Qudus.
Adapun maksud-maksud dari kata tersebut merujuk kepada keterangan yang berbeda-beda yaitu :
1. Ruhul Amin
Yang dimaksud dengan ini adalah malaikat Jibril.
"Dan sesungguhnya Al Qur'an ini benar-benar diturunkan oleh Tuhan semesta alam, dia dibawa turun oleh Ar-Ruhul Amin". (QS Asy-Syu'araa' : 192-193)
2. Ruhul Awwal
Yang dimaksud dengan ini adalah nyawa atau sukma manusia.
3. Ruhul Qudus
Yang dimaksudkan dengan ini bukanlah malaikat Jibril, tetapi ruh yang datang dari Allah, yang menguatkan, menjadi petunjuk serta kabar gembira bagi orang-orang yang beriman.
Katakanlah : "Ruhul Qudus menurunkan Al Qur'an itu dari Tuhanmu dengan benar, untuk meneguhkan hati orang-orang yang telah beriman, dan menjadi petunjuk serta khabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)". (QS An Nahl : 102)
"... dan telah Kami berikan bukti-bukti kebenaran kepada Isa putra Maryam dan Kami memperkuatnya dengan Ruhul Qudus... ". (QS Al Baqarah :87)
"...Mereka itulah orang-orang yang Allah telah menanamkan keimanan dalam hati mereka dan menguatkan mereka dengan ruh yang datang dari pada-Nya...". (QS Al Mujadillah : 22)
-------------------------------------------------------------------------------------
Catatan : Bahasan Mengenai Ruhul Qudus akan dibahas lebih jauh dalam Subject RUHUL QUDUS
-------------------------------------------------------------------------------------
Setelah kita mengetahui definisi-definisi atau penjelasan mengenai jasad, jiwa, dan ruh mungkin kita akan bertanya, lalu apa manfaatnya?
TENTARA HATI
-------------------------
Hati itu bagi seorang manusia, bagaikan raja dengan tentara-tentara berupa tentara zahir dan tentara bathin.
Ketika seorang berada dalam ancaman bahaya, maka orang tersebut untuk menolak atau melawan bahaya, memerlukan dua tentara tsb.
Tentara batin : yaitu marah untuk melawan ancaman bahaya, tentara Zahir : yaitu tangan dan kaki untuk mengeluarkan langkah-langkah perlawanan.
Demikian pula ketika seorang akan makan. Ia memerlukan dua tentara tsb.
Tentara batin : Syahwat untuk makan, tentara zahir : tangan dan kaki untuk mengambil makanan.
Seorang sedang lapar bagaimanapun, bila hatinya mendiamkan syahwat (keinginan jasad) untuk makan dan tidak memerintahkan tangan dan kaki untuk mengambil makan, maka ia tidak akan melakukan pekerjaan makan.
Untuk itulah dikatakan HATI adalah Raja, bagi seluruh tubuh dan diri manusia.
Sehingga penting Raja untuk mengarahkan kemana tubuh dan diri berjalan, sangat menentukan sekali.
Sehingga dapat dilihat hubungannya, bahwa Mengenal diri (An-Nafs) merupakan awal dari seorang beragama dengan haq.
---------
HATI
---------
Diri manusia dapat dilihat secara indrawi dengan perilaku dan perangai seseorang. Dan seorang berperilaku, seorang berperangai, merupakan cerminan dari HATI-nya.
Sehingga untuk mengenal diri kita, kita harus memulainya dengan mengenal Hati kita sendiri.
Hati itu terdapat 2 jenis :
1. Hati Jasmaniyah
Hati jenis ini bentuknya seperti buah shaunaubar. Hewan memilikinya, bahkan orang yang telah matipun memilikinya.
2. Hati Ruhaniyyah
Hati jenis inilah yang merasa, mengerti, dan mengetahui. Disebut pula hati latifah (yang halus) atau hati robbaniyyah.
Dalam kajian kita, yang dituju dengan kata HATI atau Qalb adalah hati jenis 2, hati Ruhaniyyah.
Karena Hati inilah yang merupakan tempatnya Iman :
"... Allah menjadikan kamu cinta kepada keimanan dan menjadikan iman itu indah dalam hatimu ..." (QS. 49:7)
"...karena iman itu belum masuk ke dalam hatimu, ...". (QS. 49:14)
"...Mereka itulah orang-orang yang Allah telah menanamkan keimanan dalam hati mereka ..." (QS. 58:22)
Bahkan lebih dari itu, dalam sebuah hadits Qudsi dikatakan :
"...Tidak akan cukup untuk-Ku bumi dan langit-Ku tetapi yang cukup bagi-Ku hanyalah hati (qalb) hamba-Ku yang mukmin".
-------------------------------------------------------------------------------------
Catatan : Apakah sebenarnya Iman (mukmin) itu ?
Bahasan tentang Iman (mukmin) akan dibahas lebih lanjut dalam Subject NUR IMAN.
-------------------------------------------------------------------------------------
Maka dengan hatilah, seseorang dapat merasakan iman. Dengan hatilah seorang hamba dapat mengenal Rabb-nya.
Sebelum kita beranjak jauh tentang hati, ada beberapa hal yang nantinya bersangkut paut dengan hati dan perlu kita jelaskan terlebih dahulu.
Kebanyakan orang hanya mengerti bahwa manusia itu hanya terdiri jasad dan ruh. Mereka tidak mengerti bahwa sesungguhnya manusia terdiri dari tiga unsur, yaitu : jasad, jiwa dan ruh.
Banyak orang yang tidak mengerti tentang Jiwa ini. Bahkan dalam bukunya Al Ihya Ulumuddin Bab Ajaibul Qulub, Imam Al Ghazaly mengatakan, "bahkan ulama -ulama yang masyhur sekarang ini (zaman Imam Al Ghazaly : red) banyak yang tidak mengerti hal ini". Itu pada zaman Imam Al Ghazaly. Berapa
ratus tahun yang lalu. Apatah lagi sekarang?
Kebanyakan orang rancu pengertiannya antara Jiwa dengan Ruh. Padahal jelas-jelas dalam Al Qur'an, Allah membedakan penggunaan kata Ar-Ruh (Ruh) dengan An-Nafs (Jiwa).
JASAD
-----------
Jasad adalah anggota tubuh dari manusia. Seperti : tangan, kaki, mata, mulut, hidung, telinga, dan lain-lainnya. Bentuk dan keberadaannya dapat diindera oleh manusia. Hewanpun dapat menginderanya.
-----------
Dari jasad inilah, timbulnya kecenderungan dan keinginan yang disebut SYAHWAT. Seperti yang disebutkan dalam Al Qur'an :
"Dijadikan indah pada manusia kecintaan kepada syahwat, yaitu : wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah lah tempat kembali yang baik". (QS Ali Imran : 14)
JIWA (An Nafs)
-----------------------
An-Nafs dalam kebanyakan terjemahan ke dalam bahasa Indonesia, diartikan dengan Jiwa atau diri. Padahal sesungguhnya An-Nafs ini menunjuk kepada dua maksud, yaitu : hawa nafsu dan hakikat dari manusia itu sendiri (diri manusia).
1. Hawa Nafsu
Nafsu yang mengarah kepada sifat-sifat tercela pada manusia. Yang akan menyesatkan dan menjauh dari Allah. Inilah yang oleh Rasulullah SAW dalam hadits yang diriwayatkan Al Baihaqi dari Ibnu Abbas :
"Musuhmu yang terbesar adalah nafsumu yang berada diantara kedua lambungmu".
"Dan aku tidaklah membebaskan diriku (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu suka menyuruh kepada yang buruk". (QS Yusuf : 53)
"... dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah...". (QS Shaad : 26)
2. Diri Manusia
Diri manusia ini apabila tenang, jauh dari goncangan disebabkan pengaruh hawa nafsu dan syahwat, dinamakan Nafsu Muthmainnah.
"Hai jiwa yang tenang (nafsu muthmainnah), kembalilah kepada Tuhanmu, merasa senang (kepada Tuhan) dan (Tuhan) merasa senang kepadanya". (QS Al Fajr : 27-28)
Namun diri manusia yang tidak sempurna ketenangannya, yang mencela ketika teledor dari menyembah Tuhan, disebut Nafsu Lawwamah.
"Dan aku bersumpah dengan jiwa yang amat mencela kejahatan (Nafsu Lawwamah)". (QS Al Qiyamah : 2)
RUH (Ar Ruh)
---------------------
Perkataan Ruh, mempunyai dua arah. Sebagai nyawa dan sebagai suatu yang halus dari manusia.
1. Nyawa
Pemberi nyawa bagi tubuh. Ibarat sebuah lampu yang menerangi ruangan. Ruh adalah lampu, ruangan adalah tubuh. Mana yang terkena cahaya lampu akan terlihat. Mana yang terkena ruh akan hidup.
2. Yang Halus dari Manusia
Sesuatu yang merasa, mengerti dan mengetahui. Hal ini yang berhubungan dengan hati yang halus atau hati ruhaniyah.
Dalam Al Qur'an, Allah SWT menggunakan kata Ruh dengan kata Ruhul Amin, Ruhul Awwal, dan Ruhul Qudus.
Adapun maksud-maksud dari kata tersebut merujuk kepada keterangan yang berbeda-beda yaitu :
1. Ruhul Amin
Yang dimaksud dengan ini adalah malaikat Jibril.
"Dan sesungguhnya Al Qur'an ini benar-benar diturunkan oleh Tuhan semesta alam, dia dibawa turun oleh Ar-Ruhul Amin". (QS Asy-Syu'araa' : 192-193)
2. Ruhul Awwal
Yang dimaksud dengan ini adalah nyawa atau sukma manusia.
3. Ruhul Qudus
Yang dimaksudkan dengan ini bukanlah malaikat Jibril, tetapi ruh yang datang dari Allah, yang menguatkan, menjadi petunjuk serta kabar gembira bagi orang-orang yang beriman.
Katakanlah : "Ruhul Qudus menurunkan Al Qur'an itu dari Tuhanmu dengan benar, untuk meneguhkan hati orang-orang yang telah beriman, dan menjadi petunjuk serta khabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)". (QS An Nahl : 102)
"... dan telah Kami berikan bukti-bukti kebenaran kepada Isa putra Maryam dan Kami memperkuatnya dengan Ruhul Qudus... ". (QS Al Baqarah :87)
"...Mereka itulah orang-orang yang Allah telah menanamkan keimanan dalam hati mereka dan menguatkan mereka dengan ruh yang datang dari pada-Nya...". (QS Al Mujadillah : 22)
-------------------------------------------------------------------------------------
Catatan : Bahasan Mengenai Ruhul Qudus akan dibahas lebih jauh dalam Subject RUHUL QUDUS
-------------------------------------------------------------------------------------
Setelah kita mengetahui definisi-definisi atau penjelasan mengenai jasad, jiwa, dan ruh mungkin kita akan bertanya, lalu apa manfaatnya?
TENTARA HATI
-------------------------
Hati itu bagi seorang manusia, bagaikan raja dengan tentara-tentara berupa tentara zahir dan tentara bathin.
Ketika seorang berada dalam ancaman bahaya, maka orang tersebut untuk menolak atau melawan bahaya, memerlukan dua tentara tsb.
Tentara batin : yaitu marah untuk melawan ancaman bahaya, tentara Zahir : yaitu tangan dan kaki untuk mengeluarkan langkah-langkah perlawanan.
Demikian pula ketika seorang akan makan. Ia memerlukan dua tentara tsb.
Tentara batin : Syahwat untuk makan, tentara zahir : tangan dan kaki untuk mengambil makanan.
Seorang sedang lapar bagaimanapun, bila hatinya mendiamkan syahwat (keinginan jasad) untuk makan dan tidak memerintahkan tangan dan kaki untuk mengambil makan, maka ia tidak akan melakukan pekerjaan makan.
Untuk itulah dikatakan HATI adalah Raja, bagi seluruh tubuh dan diri manusia.
Sehingga penting Raja untuk mengarahkan kemana tubuh dan diri berjalan, sangat menentukan sekali.
0 komentar:
Posting Komentar