Penyerang
timnas Indonesia U-19, Muchlis Hadi Ning Syaifulloh, merupakan pemain
kelahiran Mojokerto, Jawa Timur, 26 Oktober 1996. Muchlis adalah sulung
dari dua bersaudara. Adiknya yang masih SMP, Nur Hadi Susanto, juga hobi
sepak bola. “Adiknya juga mulai kelihatan (bakatnya),” ucap Samsul.
Ibu
Muchlis, Sulifah, mendukung penuh karier anak-anaknya di sepak bola.
“Saya mendukung saja dan mendoakan yang terbaik,” kata Sulifah. Lahir
dari seorang ayah yang juga pesepak bola di Jawa Timur. Ayahnya, Samsul
Hadi, adalah bekas pemain Persekap Pasuruan dan Assyabaab Surabaya era
80 hingga 90-an.
Assyabaab merupakan salah satu tim legendaris di
Jawa Timur yang mencetak pemain-pemain nasional. Sejumlah pemain
legendaris Assyabaab dan Persebaya era 90-an yang pernah satu tim dengan
Samsul antara lain Mustakim dan Putut Wijanarko. “Saya dulu stopper,”
kata pria bertubuh pendek dan berbadan kekar ini saat ditemui di
rumahnya, Desa Blimbingsari, Kecamatan Sooko, Kabupaten Mojokerto, Jawa
Timur, Sabtu, 12 Oktober 2012.
Samsul merintis karier sepak bola mulai dari Persekap Pasuruan sejak
1983. Lalu selama 1985 hingga 1993 bergabung dengan Assyabaab Surabaya
yang berganti nama Assyabaab Salim Grup. “Pada tahun 1989 Assyabaab
juara satu Divisi I Galatama,” katanya.
Menginjak usia 35 tahun,
Samsul sempat bermain di klub amatir lainnya seperti Kroto Kristal dan
Putra Surabaya (Pusura) hingga tahun 1994. Tahun 2009, pria kelahiran
Pasuruan, 14 Mei 1966 itu mulai menjadi pelatih sepakbola setelah
mendapat lisensi pelatih level D.
Tahun 2009 hingga 2010, Samsul
sempat menjadi pelatih di Sekolah Sepak Bola (SSB) GenB, Kota Mojokerto.
Karena tak cocok dengan sistem pembinaan GenB, ia memutuskan keluar dan
mendirikan SSB Sinar Mas, Kota Mojokerto, sejak 2011 hingga sekarang.
Samsul
Hadi mengatakan, anak sulungnya itu meniti karier sejak di klub
kampung, Persatuan Sepakbola Blimbing Sari (PSBS), Desa Blimbingsari,
Kecamatan Sooko, Kabupaten Mojokerto.
Pertandingan antarkampung (tarkam) sudah sering dijalani Muchlis.
“Sejak kecil bakatnya main bola sudah kelihatan,” kata Samsul, Sabtu, 12
Oktober 2013. Setelah kenyang dengan pertandingan tarkam, Muchlis
meniti karier di sejumlah klub amatir dan profesional kelompok umur U-13
hingga U-19 sekarang.
Muchlis sempat bergabung dengan Persebaya
U-14, Arema Domhils (Malang) U-15, Banteng Muda (Malang) U-16, hingga
bergabung dengan Persekap Pasuruan Junior sejak 2012 sampai sekarang.
Di
kelompok usia muda itu, Muchlis sempat mengikuti sejumlah kompetisi
seperti Piala Yamaha Indonesia, Invitasi Sepakbola Usia Muda U-14
Kementerian Pemuda dan Olahraga, Piala Manchester United Premier League
(MU PC) yang diadakan mulai dari tingkat Pengurus Cabang PSSI dan
sebagainya.
Hingga akhirnya ia terjaring tim nasional U-17 hingga
U-19 sekarang dan menjuarai turnamen internasional seperti juara pertama
ajang HKFA International Youth Football Invitation Tournament 2012 di
Hong Kong, juara dua Piala Pelajar Asia 2012 di Iran, hingga juara ASEAN
Football Federation (AFF) U-19 September 2013.
“Muchlis itu bisa jadi striker dan winger (sayap),” katanya.
Menurut Samsul, karena sudah berbakat, tidak ada paksan pada Muchlis
dalam berlatih sepakbola. “Saya tinggal mengarahkan saja,” ucapnya. Ia
berharap karier Muchlis terus menanjak dan sukses di dunia bola.
Sama
dengan Samsul, karakter Muchlis memang petarung. Berbeda dengan Samsul
yang dulu menjadi center back atau stopper, Muchlis yang memiliki postur
badan lumayan tinggi lebih suka jadi striker alias penyerang. Salah
satu tetangga yang masih kerabat Muchlis, Ardi, mengakui kemonceran
Muchlis. “Fisiknya kuat dan larinya cepat,” ujarnya. Menurutnya, Muchlis
rajin menjaga kebugaran fisiknya. “Dia sering lari-lari di halaman
perkampungan sini,” tutur pelajar SMP ini.
0 komentar:
Posting Komentar